Desain yang Ramah bagi Difabel

by 3:24 PM 0 komentar
Logo Difabel
Sumber : radiokarysmafm.com
Sudahkan hari ini kalian bersyukur karena dianugerahi anggota tubuh yang lengkap? Hampir semua orang memang lebih sibuk untuk memikirkan penampilan fisiknya sudah menarik atau belum ketimbang melakukan hal sepele yang telah dibutkan di atas. Padahal, memiliki anggota tubuh yang lengkap dengan panca indra yang dapat berfungsi dengan baik merupakan suatu keberuntungan besar bagi kita karena di dunia ini masih banyak orang yang memiliki kelainan fisik. Kita juga perlu menyadari bahwa disabilitas akibat kecelekaan ataupun bencana dapat menimpa siapa saja dan kapan saja sehingga kita sebaiknya senantiasa bersyukur, menggunakan dan menjaga anggota tubuh dengan sebaik-baiknya serta ikut peduli kepada kaum difabel.
Kepedulian kepada kaum difabel dapat kita tunjukkan melalui beberapa tindakan, salah satunya, datang membantu saat melihat mereka mengalami kesulitan di tempat umum. Kalau kita perhatikan, tempat-tempat yang dapat diakses publik di Indonesia masih tidak ramah bagi kaum difabel. Keberadaan bangunan maupun layanan umum yang sudah didesain dengan rasa seni yang tinggi dan ramah lingkungan tetapi akses dan fasilitas untuk kaum difabelnya masih minim atau bahkan tidak ada memang patut disayangkan. Keadaan tersebut pasti membuat mereka berpikir dua kali untuk bepergian ke tempat umum dan bagi yang tetap pergi karena memiliki kepentingan dan kebutuhan mendesak terpaksa harus merepotkan orang lain.
Sebagai mahasiswa arsitektur, saya sudah diajarkan bahwa dalam proses merancang itu ada banyak aspek yang harus diperhatikan dan salah satunya adalah aksesbilitas. Aksesbilitas memegang peranan yang sangat penting terlebih lagi dalam perancangan tempat umum karena semua orang dengan latar belakang dan kondisi apapun nanti dapat mengaksesnya, tidak terkecuali orang-orang berkebutuhan khusus. Oleh karena itu, tempat umum yang dirancang seharusnya aksesibel bagi mereka dengan harapan mereka dapat berpartisipasi penuh dalam kehidupan sosial.
Ramp yang merupakan rute alternatif bagi orang-orang yang tidak dapat menggunakan tangga inilah yang seharusnya ada dalam setiap rancangan. Tidak hanya sekedar ada, desain ramp juga harus memperhatikan standar agar dapat dilalui dengan nyaman khususnya bagi pengguna kursi roda. Adapun standar yang dimaksud meliputi kemiringan, lebar, panjang, material dan handrail. Sedangkan untuk tangga sebaiknya juga didesain ideal untuk tunanetra dengan tinggi dan lebar yang sesui standar, menggunakan material lantai yang tidak licin, dilengkapi dengan handrail di kedua sisi dengan warna kontras serta dilengkapi dengan stair nosing dengan warna yang kontras dengan anak tangga. Tangga yang berada di luar bangunan juga diusahakan agar tidak tergenang air saat turun hujan.
Stair Nosing
Sumber : suigeneris.co.uk
Bagi kelompok difabel yang ingin mengases bangunan tinggi tentu tidak mungkin menggunakan ramp maupun tangga sehingga diperlukan alat transportasi vertikal berupa lift yang dimensinya lebih luas dan diberi handrail. Jenis tombol lift yang dipilih sebaiknya yang terdapat huruf braillenya.
Jika berbicara soal braille, di Jepang ada jalur berwarna kuning untuk tunanetra yang disebut jalan braille. Jalur tersebut menggunakan sistem braille dalam pembuatannya. Tekstur pemukaan jalur yang terbuat dari benjolan karet itu memiliki dua pola yang berbeda. Bagian dengan pola garis-garis mengindikasikan jalur yang lurus, sedangkan bagian yang berpola bulat-bulat mengindikasikan belokan, persimpangan maupun area yang dekat dengan tangga. Keberadaan jalur kuning ini dapat ditemukan di sepanjang trotoar maupun bangunan publik, seperti stasiun. Bisa dibayangkan kan, betapa terbantunya kaum tunanetra dengan adanya jalur itu. Bukankah hal ini juga dapat dijadikan inspirasi desain karena tidak begitu sulit untuk diterapkan di Indonesia agar para tunanetra dapat terbantu untuk berjalan-jalan layaknya kita yang berfisik normal.
Pola Tekstur Jalan Braille
Sumber : matthew-sanstokyoadventure.blogspot.co.id
Jalan Braille di Stasiun 
Sumber : matthew-sanstokyoadventure.blogspot.co.id
Hal lain yang tidak boleh luput adalah toilet dan tempat parkir bagi difabel. Toilet khusus ini perlu didesain dengan dimensi yang lebih luas, dilengkapi handrail.dan memiliki layout yang ideal. Posisi wastafel harus dekat dengan toilet dan dibuat tidak terlalu tinggi agar keran dapat dijangkau dengan mudah. Sementara untuk tempat parkir, posisinya dipilih di area yang paling dengan pintu masuk dan diberikan space lebih yang memungkinkan untuk akses kursi roda.
Toilet Difabel
Sumber : disabilityaids.co.nz
Tempat Parkir bagi Difabel
Sumber : chaterinemurphy.ie
Penggunaan revolving door dan turnstile yang sering kita jumpai sebenarnya tidak aksesibel bagi kaum difabel. Para arsitek sebaiknya mencari alternatif jenis pintu, sedangkan apabila ingin tetap menggunakan revolving door dan turnstile maka harus mendesain entrance khusus yang tentunya mudah untuk dilalui.
Jenis Handle Pintu yang Aksesibel dan Posisinya
Sumber : Standard Electrical, Mechanical and Architectural Guideline for
the Design of Accessible Buildings
Kesadaran untuk membuat desain yang ramah bagi difabel akan memungkinkan mereka memperoleh kesempatan yang sama dalam segala aspek kehidupan dan penghidupan. Jumlah yang sedikit tidak dapat kita jadikan alasan untuk mengabaikan para penyandang disabilitas karena bagaimanapun juga kita ini sama-sama manusia yang pada dasarnya berkebutuhan dan berkepentingan sehingga mereka sudah sepantasnya memperoleh fasilitas dan layanan yang diperlukan.





Unknown

Developer

Cras justo odio, dapibus ac facilisis in, egestas eget quam. Curabitur blandit tempus porttitor. Vivamus sagittis lacus vel augue laoreet rutrum faucibus dolor auctor.

0 komentar:

Posting Komentar